Blog Archive

Selasa, 13 April 2010

cerpen

ADA CINTA DITENGAH RIMBA


Raga adalah seorang pelajar disebuah SMA di ibukota.Ia merupakan seoarang yang cukup cerdas dikalangan siswa lainya,Ia juga dikenal sebagai anak yang pendiam namun pandai bergaul tak heran jika Ia memiliki banyak teman.Akan tetapi dari sekian banyak teman yang Ia miliki,Sinta yang merupakan teman satu kelas Raga sangat tidak menyukai Raga,meskipun mereka berteman sejak SMP,tak membuat lantas membuat hubungan persahabatan mereka akur.Bagai kucing dan tikus begitu kiranya kata yang tepat untuk menggambarkan hubungan persahabatan mereka.Sinta adalah sosok gadis jutek,pemarah,Ia juga dikenal galak terhadap cowok-cowok yang mencoba menggodanya.Makanya selama ini Sinta tak pernah terlihat mempunyai pacar ataupun sekedar teman mengobrol kecuali Raga.Hanya Ia yang setia menjadi teman Sinta walaupun tak jarang bahkan hampir setiap hari Sinta selalu menjahati,mencemo’oh dan membentak Raga,karena Sinta menganggap Raga adalah sosok yang patut Ia jahati,Tak peduli akan semua hal yang dilakukan Sinta padanya,bagi Raga sahabat sejati adalah seorang yang mampu menerima segala kebaikan dan keburukan yang dimiliki sahabatnya itu sendiri.Di setiap hari yang mereka lalui hanyalah pertengkaran dan kejailan yang dilakukan Sinta pada Raga.Bagi Sinta sehari tanpa berbuat jahat pada Raga sama dengan sayur tanpa garam hambar begitu menurutnya.
Sampai pada suatu hari tepat dihari minggu nanti,koordinasi kelas mengusulkan sebuah kegiatan untuk mengisi waktu liburan yakni dengan mengadakan pendakian dikaki gunung ciremai.”Horeee…….!!!minggu depan kita kemping.”Begitu sorak riang memecah keheningan kelas,tak ketinggalan Sinta yang begitu antusia menyambut hal tersebut,tergambar raut muka Sinta menunjukkan akan ada sesuatu hal yang akan dilakukannya pada Raga.
Hari ‘H’ telah tiba,kegian pendakian akan segera dimulai,semua rombongan telah bersiap dan berkumpul dihalaman sekolah.Masing-masing terlihat telah membawa perlengkapan mendaki dari mulai sepatu gunung,tonkat,jaket,gulungan tenda,sampai pada ransel-ransel besar dipunggung mereka.Begitupun Sinta,Dia telah siap akan segala sesuatunya,seluruh perlengakapan yang Sinta bawa terlihat begitu berat.Sampai akhirnya Sinta melihat sosok Raga yang tak begitu jauh darinya dan berteriak memanggil.”Eh culun!!sini lo!!nih bawain ransel gue!!!”begitu Sinta biasa memanggil nama Raga.”Owalah…yah berat atuh Sin.”Keluh raga.”Udah jangan banyak cing-cong lo,cepet bawa!!!”.Meskipun dibentak-bentak tetapi Raga menurut saja.Satu persatu peserta pendakian menaiki mobil rombongan dan seketika mobilpun tancap gas melesat menuju lokasi pendakian.Dua jam berlalu sudah,Akhirnya mereka sampai ditempat tujuan.Setelah semua peserta turun dan bersiap mendaki,terlebih dahulu ketua koordinasi mengumumkan kelompok pendaki melalui pengeras suara.”Perhatian!!!sekarang kita bagi kelompok dengar baik-baik kelompok yang akan saya bacakan segera bersiap pada posisi yang telah ditentukan.Baiklah langsung saja,kelompok satu Andi dan Ratu,kelompok dua Bayu dan Cantika…..”Begitu seterusnya,sampai pada”Kelompok terakhir Raga dan Sinta.” “Apa??!!”Serentak keduanya kaget mendengar pembacaan kelompok yang ternyata mereka terpilih sebagai satu kelompok pendakian.
”Sial!!!masa’ gue satu kelompok sama si culun itu.”Gerutu Sinta.Raga hanya tersenyum menoreh kearah Sinta ,Sinta membalasnya dengan kepalan tangan kanannya yang dia acungkan ke muka Raga.
Setelah mendengarkan instruksi,satu persatu barisan pendaki kian melangkah menyusururi jalan setapak menuju puncak pendakian.Begitupun Raga dan Sinta memulai langkahnya memasuki rimba.Sepanjang perjalanan hutan-hutan pinus menjulang dengan gagahnya,rimbun semak belukar masih terlihat asri disekeliling jalan.Sesekali Sinta meminta Raga untuk beristirahat padahal belum juga mereka jauh dari tempat dimana mereka melakukan start pendakian.”Eh culun!!!kita istirahat dulu yuk,gue cape nih.” “Yah elah baru juga kita jalan sebentar kamu sudah minta istirahat.” “Udah jangan banyak komentar lo!yang namanya cape ya capek!”Bentak Sinta.Akhirnya Raga hanya bisa menurutinya.Sepuluh menit tela berlalu,”Ayo kita teruskan perjalanan sebelum matahari terbenam.”Ajak Raga sembari menarik tangan Sinta”Eh jangan tarik-tarik dong,sakit tau!!”.Mereka melanjutkan perdakian,terlihat rombongan pendaki semakin jauh meninggalkan mereka.Namun seperti biasa Sinta kembali berulah,kini Dia meminta untuk beristirahat kembali.”Cape banget nih sumpah.Istirahat dulu yuk?” “Akh…kamu tadi baru aja selesai istirahat sekarang udah minta istirahat lagi gimana sih kamu Sin?”Sahut Raga.Tak terasa satu jam telah berlalu tetapi mereka belum juga beranjak dari istirahatnya,mereka tertinggal jauh oleh rombongan pendaki lainya.”Sin,ayo kita lanjutkan pendakian,kita sudah tertinggal jauh sama yang lain jangan sampai kita tersesat disini,kita harus segera pergi sebelum matahari tenggelam.”Jelas Raga mengajak Sinta.akan tetapi Sinta terus saja tak menghiraukan apa yang Raga katakan,Dia tetap duduk santai diatas batu dibawah pohon yang cukup rindang.”udah lo tenang aja kita gak bakal tersesat,kiata kan tinggal ngikutin jalan setapak ini.bereskan?!”Ungkapnya tenang.
Satu jam kini telah berlalu, Baru mereka sadari bahwa kini mereka tertinggal ditengah rimba,alunan riang penghuni malam,sesekali terdengar auman harimau dari kejauhan.Kini mereka hanya berdua ditengah gelap gulita sang rimba hanya sepercik cahaya dari obor menerangi jalan.Mereka mulai menyusuri jalan setapak yang tak lagi terlihat jelas terhalang kabut tebal yang perlahan mulai turun,namun tak lagi penuh hirau mereka terus menembus melangkahkan kaki mengikuti insting dan feeling bahwa mereka tetap dijalan yang benar,tak ada alat bantu apapun karena kecerobohan mereka lupa membawa kompas,ditengah perjalanan rintik hujan mulai turun lewat sela-sela rimbun pepohonan,guyuran hujan semakin deras membasahi keduanya tak terkecuali ransel mereka,akhirnya Raga memutuskan untuk mencari tempat persinggahan sementara,dibawah pohon pinus mereka mendirikan tenda darurat.Mereka sudah basah kuyup saat berteduh dalam tenda,hujan yang semakin deras menyirami seisi hutan,malam terasa begitu larut udara semakin dingin dan dingin seakan menembus tulang,berdua menggigil dalam tenda"huu...dingii...iiinn"rintih Sinta ditengah kemelut bibir bekunya."sama Sin aku juga kedinginan"Raga baru teringat bahwa didalam ranselnya Ia membawa jaket cadangan,segera Ia mengorek ransel itu hampir seluruh isinya telah basah akibat hujan,untungnya jaket itu tidak ikut basah karena Ia meletakannya ditumpukan paling bawah,segera Ia keluarkan dan bermaksud memakainya sendiri namun melihan Sinta meringkuk kedinginan,terlihat wajahnya memucat,bibirnya seakan membeku tak terdengar lagi ocehan dan omelan yang Dia lontarkan,Dia terus menggigil kedinginan.Sinta tak bisa menggunakan pakaian bawaanya karena seisi ransel telah basah kuyup tak tersisa.Raga tak tega melihat hal itu,lantas Ia pun memakaikan jaketnya pada Sinta."Sin pakai ini biar kamu gak kedinginan"tanpa berpatah kata,Sinta hanya sesaat menatap ke arah Raga dan kembali meringkuk dalam beku.Malam semakin larut,rupa-rupanya hujan tak lagi mengguyur diluar sana,kini malam terlihat terang,sinar rembulan menembus rimbunya semak rimba,hiasan bintang-bintang menerangi pekat langit malam.Indah purnb memberikan kesempurnaan diangkasa."kayaknya hujan sudah mulai reda,aku akan keluar dulu untuk membuat api unggun kamu tunggu disini ya Sin."Raga melangkah keluar tenda,ditengoknya langit yang tak lagi menangis tak berapa lama api unggu kini tengah berkobar."Sin,coba kamu keluar hangatkan tubuhmu cepet."ajak raga sembari menggaiang tubuhnya yang memucat karena kedinginan.Sinta keluar dan ikut bergabung bersama Raga untuk menghangatkan tubuhnya yang sudah setengah beku.Dia duduk berimpit disamping Raga.Suasana malam yang indah,sunyi tanpa suara penghuni malam berkeliaran tanpa sadar Sinta menyandarkan kepalanya dibahu Raga.Raga kaget namun Ia membiarkannya,selang waktu berlalu malam yang semakin larut hanya kesunyian ditengah kegelapan bersama sinaran indah purnama menemani keduanya.Kini,Sinta sudah mampu berucap kata,bibir bekunya seakan mencair oleh hangatnya kobaran api unggun."Ga,thanks yah?"untuk pertama kalinya Sinta memanggil nama Raga.Raga tetap diam,Ia hanya tersenyum kecil sambil terus menggarang kedua tanganya diatas kobaran api.Kembali terdengar Sinta berucap sesuatu."Raga,maafin aku selama ini aku terus jahatin kamu,padahal kita udah lama temenan tapi aku masih aja jahathn kamu.Tapi jujur sehari tanpa kamu aku merasa sendiri,aku tak mengerti apa yang terjadi tapi itu yang aku rasakan selama ini,aku kehilangan kamu Ga."ditengah celotehnya,sesaat sinta terdiam kemudian Dia menatap Raga tulus."Loh kok diem?terusin dong"sahut Raga sedikit bergurau."Ga,liat aku?!"tangan kanan sinta menarik wajah Raga yang kdmudian keduanya saling bertatap muka,cukup lama terjadi.Tiba-tiba..."Raga,sebenernya aku...aku...aku sayang kamu Ga,aku gak bisa jauh darimu Ga,sungguh!!"
Seketika angin bertiup membelai dingin,suasana kian begitu sunyi tak ada sedikitpun suara melintas,hanya hembus nafas keduanya terdengar lirih,seakan menjadi saksi semak rimba bersama bintang dan purnama mereka seakan tersenyum melihat keduanya.Raga terus terdiam,Ia tak percaya apa yang barusan didengarnya,seingatnya Sinta sosok antagonis baginya.Tapi kini apa yang terjadi,semua itu telah memutar balik segalanya."APA??!!apa yang barusan aku dengar?akh..gak mungkin Sinta berkata begitu padaku,dia hanya bercanda,ya dia hanya bercanda"pikiran itu terus menghantui.Keduanya masih bertatap muka,kemudian"Sin,kamu yakin dengan apa yang kamu katakan barusan??"Raga menyakinkan."ya!aku sayang kamu Ga"tiba-tiba Sinta memeluk Raga erat.Raga semakin kaget dan heran,Ia tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.Tanpa sadar,Raga membalas pelukan itu,dan..."Aku juga sayang kamu Sin."
Ditengah rimba sebuah panah asmara telah mempersatukan dua serpihan hati menjadi satu dalam ikatan cinta kasih.
Keesokan harinya sebelum mentari menampakkan diri mereka berdua bergegas menuju puncak,dimana rombongan pendaki tengah menunggu penuh resah dan gelisah.Kini tangis haru kian pecah menyambut kedatangan Raga dan Sinta.”Eh itu mereka…!!!”Teriak salah seorang peserta menunjuk ke arah mereka.

Diatas puncak gunung,hamparan hijau berbukit begitu indahnya,sorot jingga sinar matahari terbit dari ufuk timur menambah kesempurnaan suasana pagi itu.***


^ THE END ^